jadwalsepakbola.info – Ketika Sabda Nemanja Matic Tentang Andre Onana Jadi Kenyataan! Pada pertengahan tahun 2023, ketika Andre Onana resmi didatangkan Manchester United dari Inter Milan dengan harapan menjadi solusi jangka panjang di posisi penjaga gawang, banyak yang optimistis. Penampilan apiknya di Liga Champions musim sebelumnya bersama Inter membuat fans percaya bahwa masa depan sektor penjaga gawang Setan Merah akan kembali cerah, bahkan setelah era emas David De Gea berakhir.
Namun jauh sebelum euforia itu meredup, ada satu pernyataan yang kala itu kurang mendapat perhatian besar: sebuah komentar dari mantan gelandang MU, Nemanja Matic, yang mengangkat alis sebagian pengamat.
Kini, beberapa bulan dan beberapa blunder krusial kemudian, sabda Matic seolah menjelma menjadi kenyataan yang tak bisa dihindari. Kata-kata itu bukan hanya analisis biasa — ia seolah telah meramalkan apa yang bakal terjadi.
Kutipan yang Terlupakan
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media Serbia, tak lama setelah kepindahan Onana ke MU, Nemanja Matic — yang kala itu memperkuat AS Roma — menyatakan dengan santai namun serius:
“Onana adalah kiper yang sangat modern. Ia berani, aktif, dan suka bermain dengan bola. Tapi kadang, keberanian itu bisa jadi bumerang. Di Premier League, satu kesalahan saja bisa mengubah segalanya.”
Komentar tersebut tidak heboh saat itu. Fokus publik masih pada bagaimana Onana akan menjadi revolusioner: tipe kiper sweeper-keeper yang bisa membangun serangan dari bawah, sesuai filosofi Erik ten Hag.
Namun, komentar Matic kini terasa seperti peringatan dini. Sejumlah penampilan Onana di paruh pertama musim 2023/2024 — dan yang terbaru, blunder konyolnya saat MU ditahan Lyon dalam laga uji coba — justru memperkuat tesis sang gelandang: keberanian yang tidak dibarengi presisi bisa berubah menjadi kelemahan fatal.
Blunder demi Blunder
Tak perlu waktu lama bagi Onana untuk menarik perhatian — sayangnya bukan karena penyelamatan spektakuler, melainkan blunder demi blunder yang merugikan.
Mulai dari kesalahan saat melawan Bayern di Liga Champions, di mana ia gagal menangkap bola sederhana yang berujung gol pertama tim Jerman, hingga momen saat ia keluar dari sarangnya terlalu cepat saat menghadapi Galatasaray — semuanya menjadi meme viral di media sosial. Teranyar, saat melawan Lyon dalam laga pramusim, ia lagi-lagi mencoba membangun serangan dari belakang, namun justru memberikan bola ke lawan yang langsung menghukum MU dengan gol penyama kedudukan.
Apa yang dikhawatirkan Matic terjadi: keberanian yang tak diimbangi akurasi justru jadi bumerang.
Sosok Onana: Kepercayaan Diri vs Arogansi
Andre Onana adalah kiper dengan karakter kuat. Ia percaya diri, vokal, dan tidak takut mengambil risiko. Gaya mainnya mengingatkan pada Ederson dari Manchester City — bahkan bisa dibilang lebih berani lagi. Ia tidak hanya mendistribusikan bola pendek ke bek, tapi kadang bertindak seperti gelandang bertahan yang siap melakukan umpan panjang atau terobosan.
Namun, perbedaan antara kepercayaan diri dan arogansi di posisi penjaga gawang sangat tipis. Jika sukses, ia akan dipuja sebagai pionir. Jika gagal, ia akan dibantai oleh publik. Sayangnya, Onana lebih sering jatuh pada sisi yang kedua.
Dalam posisi penjaga gawang, terkadang safe and boring is better than bold and costly. Dan Premier League bukan tempat untuk belajar dari kesalahan berkali-kali.
Erik ten Hag dalam Dilema
Erik ten Hag mendatangkan Onana bukan tanpa alasan. Mereka berdua pernah bekerja sama di Ajax, dan gaya bermain Onana sangat cocok dengan filosofi Ten Hag yang menginginkan penguasaan bola sejak dari lini paling belakang. Maka ketika De Gea dilepas karena dinilai tak cukup nyaman dengan bola di kakinya, Onana dianggap upgrade sempurna.
Namun, musim berjalan tidak sesuai skenario. Ten Hag beberapa kali harus menjawab pertanyaan sulit dari media tentang performa sang kiper. Ia memang tetap membela Onana secara terbuka, menyebutnya “bagian penting proyek jangka panjang”, tapi tekanan dari luar semakin keras.
Apalagi, setiap kesalahan Onana langsung berdampak pada hasil tim. Dalam kompetisi seketat Premier League, satu blunder bisa membuat tim kehilangan tiga poin. Dan hal itu terlalu mahal.
Apa yang Sebetulnya Dimaksud Matic?
Komentar Matic bukan berarti meremehkan Onana. Ia menyadari bahwa Onana adalah kiper bertalenta dan sangat modern — bahkan mungkin terlalu modern untuk Premier League yang dikenal cepat, keras, dan tak memberi ruang bagi eksperimen di posisi vital seperti kiper.
Yang coba diungkap Matic adalah perlunya adaptasi. Gaya bermain Onana mungkin cocok di Serie A atau Eredivisie yang cenderung lebih “teknikal” dan sabar. Tapi di Premier League, tekanan terhadap penjaga gawang jauh lebih besar. Waktu untuk berpikir sangat singkat, dan satu kesalahan bisa jadi bahan hujatan sepekan penuh.
Dalam banyak hal, Matic hanya ingin mengingatkan: bahwa sepak bola Inggris memiliki standar berbeda, dan keberanian saja tidak cukup.
Perbandingan dengan Kiper Top Premier League
Mari kita lihat kiper-kiper papan atas Premier League saat ini. Ederson dan Alisson, dua kiper Brasil yang juga dikenal sangat nyaman dengan bola, tetap berhati-hati dalam mengambil risiko. Mereka tahu kapan harus membangun serangan, dan kapan harus menendang jauh ke depan.
Perbedaannya ada pada keputusan. Ederson tahu kapan timing-nya pas, Alisson tahu kapan harus bermain aman. Onana? Masih terlalu sering gambling.
Jika tak segera belajar dari kesalahan, Onana bisa menjadi “De Gea versi baru” — bukan karena kesamaan gaya bermain, tapi karena rentetan momen tidak konsisten yang membuat tim terus dalam bahaya.
Harapan Masih Ada
Meski kritik datang bertubi-tubi, bukan berarti Onana tak bisa bangkit. Usianya masih relatif muda untuk seorang kiper (29 tahun pada 2025), dan pengalamannya sudah lumayan banyak di level tertinggi: dari Ajax, Inter, hingga Kamerun.
Kunci utama bagi Onana adalah evaluasi. Ia harus mampu menyesuaikan gayanya dengan ritme Premier League. Menjadi sweeper-keeper bukan berarti harus selalu berada di luar kotak penalti. Kadang, keputusan untuk tidak bermain bola pendek adalah keputusan terbaik.
Selain itu, komunikasi dengan lini belakang juga harus diperbaiki. Beberapa blunder Onana terjadi karena miskomunikasi dengan bek seperti Varane dan Martínez. Koordinasi di area krusial seperti kotak penalti tidak bisa diremehkan, terutama di liga dengan intensitas secepat Inggris.
Matic Tidak Salah
Pada akhirnya, pernyataan Matic bukanlah serangan pribadi atau ramalan sok tahu. Ia hanya menyampaikan fakta berdasarkan pengalamannya bermain di Premier League selama bertahun-tahun.
Dan kini, kita melihat sendiri bagaimana hal-hal yang ia khawatirkan satu per satu menjadi nyata: blunder karena terlalu percaya diri, keraguan dalam membaca tekanan lawan, hingga hilangnya poin karena kesalahan elementer.
Apakah masih ada waktu untuk berubah? Tentu. Onana punya segalanya — skill, pengalaman, bahkan dukungan pelatih. Tapi jika ia terus mengabaikan sinyal-sinyal ini, bukan tidak mungkin statusnya sebagai kiper utama MU bisa dipertanyakan.
Dan saat itu terjadi, kata-kata Nemanja Matic akan dikenang bukan hanya sebagai komentar biasa, tapi sebagai pernyataan profetik tentang Andre Onana — sang kiper pemberani yang harus belajar cara memilih waktu yang tepat untuk berani.