Prestasi PSG dan Inter Milan di Liga Champions: Siapa yang Lebih Mengakar di Eropa?

jadwalsepakbola – Paris Saint-Germain (PSG) dan Inter Milan adalah dua klub raksasa Eropa dengan ambisi besar di Liga Champions. Namun, dalam hal warisan dan pencapaian di kompetisi elit Benua Biru itu, keduanya memiliki sejarah yang sangat berbeda. PSG adalah simbol kekuatan baru yang ditopang uang tak terbatas dari Timur Tengah, sedangkan Inter Milan adalah klub klasik Italia dengan akar panjang dalam sejarah Liga Champions.

Pertanyaannya, jika kita menilai dari sisi sejarah, performa, dan dampak di Eropa, siapa yang lebih mengakar di Liga Champions: PSG atau Inter Milan? Artikel ini akan membandingkan keduanya secara menyeluruh untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Sejarah Singkat Kedua Klub di Eropa

  • Paris Saint-Germain (PSG)

Didirikan tahun 1970, PSG termasuk klub muda dibandingkan raksasa-raksasa Eropa lainnya. Meski menjadi kekuatan dominan di sepak bola Prancis, PSG baru benar-benar menjadi kekuatan di Liga Champions setelah diakuisisi Qatar Sports Investments pada 2011.

Sebelum itu, prestasi Eropa PSG masih minim. Satu-satunya trofi bergengsi yang pernah mereka menangkan adalah Piala Winners 1996. Setelah era investasi Qatar, PSG mulai rutin tampil di fase gugur Liga Champions dan menjelma jadi klub penuh bintang.

  • Inter Milan

Didirikan pada tahun 1908, Inter Milan adalah salah satu klub tersukses dalam sejarah sepak bola Italia. Klub ini sudah mencicipi aroma kompetisi Eropa sejak awal era Liga Champions (dulu Piala Champions). Mereka dikenal sebagai bagian dari “Tiga Besar Italia” bersama AC Milan dan Juventus.

Inter Milan telah menjuarai Liga Champions sebanyak tiga kali (1964, 1965, 2010) dan beberapa kali mencapai semifinal maupun final. Dari sisi historis, Inter Milan sudah mapan sebagai klub elite Eropa jauh sebelum PSG menjadi kekuatan yang diperhitungkan.

Dari segi jumlah trofi dan partisipasi historis, Inter Milan jauh lebih unggul. PSG baru belakangan menjadi pesaing serius, khususnya setelah era Neymar–Mbappé dimulai.

Era Modern: PSG vs Inter Milan 

Jika kita mengukur dari 10–15 tahun terakhir, maka PSG terlihat dominan:

  • PSG secara konsisten lolos ke fase gugur sejak musim 2012/13.
  • Mereka pernah mencapai final 2020 (kalah 0-1 dari Bayern Munich).
  • PSG memiliki rekor kandang yang kuat di fase grup, bahkan sempat mengalahkan Barcelona, Real Madrid, hingga Bayern dalam beberapa kesempatan.

Sebaliknya, Inter Milan sempat mengalami masa kelam. Setelah menjuarai Liga Champions 2010 bersama José Mourinho justru gagal lolos ke Liga Champions selama beberapa musim akibat performa buruk di Serie A. Mereka baru bangkit kembali sejak musim 2018/19.

Namun, kebangkitan itu mencapai puncak saat Inter Milan mencapai final Liga Champions 2023, di mana mereka kalah tipis 0-1 dari Manchester City. Ini menjadi pertanda bahwa Inter Milan tetap klub besar di Eropa, meski sempat tertidur.

Kualitas Skuad dan Performa Terkini

  • PSG

PSG dihuni oleh banyak bintang dunia dalam satu dekade terakhir:

  1. Neymar
  2. Kylian Mbappé
  3. Lionel Messi
  4. Zlatan Ibrahimović
  5. Thiago Silva
  6. Marco Verratti

Namun, satu kritik besar bagi PSG adalah: mereka tak pernah mampu menyatukan semua bintang menjadi tim juara Liga Champions. PSG sering tumbang karena organisasi, ego pemain, dan kurangnya pengalaman di momen-momen krusial.

Kualitas individu mereka luar biasa, namun kolektivitas masih menjadi masalah. Bahkan saat mendatangkan Messi, Neymar, dan Mbappé, PSG tetap gagal menjuarai UCL.

  • Inter Milan

Berbeda dari PSG, Inter Milan lebih dikenal sebagai tim dengan kekuatan kolektif. Musim 2022/23 mereka mencapai final UCL dengan skuad yang tidak se-“glamor”, tapi bermain disiplin dan solid:

  1. Lautaro Martínez
  2. Nicolò Barella
  3. Hakan Çalhanoğlu
  4. André Onana
  5. Federico Dimarco

Pelatih Simone Inzaghi mampu mengoptimalkan kekuatan tim, meski tanpa pemain berlabel “Ballon d’Or.” Hal ini menunjukkan bahwa Inter Milan lebih stabil secara kolektif dibanding PSG yang mengandalkan individu.

Baca Juga :

Identitas Klub di Kancah Eropa

PSG masih dianggap sebagai “pemain baru” dalam sepak bola elite Eropa. Meskipun mereka kini rutin masuk fase gugur, mereka masih berusaha menciptakan sejarah dan identitas. PSG belum punya reputasi “klub juara Eropa.” Dalam banyak situasi krusial, mereka malah dikenal karena drama: comeback dari Barcelona (6-1), gagal menjaga keunggulan, atau masalah internal pemain.

Sementara itu, Inter Milan sudah memiliki DNA Eropa. Mereka punya sejarah yang panjang di Liga Champions, pernah merasakan manisnya juara dan pahitnya kalah. Pengalaman ini menjadikan Inter Milan klub dengan identitas lebih kuat di kompetisi Eropa.

PSG unggul dalam aspek ini:

  1. Brand PSG semakin mendunia sejak kehadiran Mbappé dan Messi.
  2. Dukungan dari Qatar membuat mereka aktif di pasar global.
  3. Mereka lebih sering menjadi pusat perhatian media dan sponsor.

Inter Milan, meski memiliki sejarah lebih panjang, tidak seagresif PSG dalam membangun citra internasional. Namun tetap punya basis fans yang kuat, terutama di Asia dan Amerika Selatan.

Dari sisi komersial dan daya tarik bintang, PSG memang lebih unggul. Tapi dalam hal warisan dan pengaruh di lapangan Eropa, Inter lebih berakar.

Dari segi sejarah dan warisan di Liga Champions, Inter Milan jelas lebih mengakar. Mereka punya tiga trofi, pengalaman panjang, dan identitas Eropa yang solid. PSG, meski impresif di era modern, masih berjuang membuktikan bahwa mereka bukan sekadar tim kaya tanpa tradisi.

Namun, bukan berarti PSG tidak berpotensi menyamai Inter Milan. Dalam beberapa tahun ke depan, jika mereka berhasil meraih trofi Liga Champions, sejarah akan mulai menempatkan mereka sejajar dengan klub-klub elite.

Tradisi atau Transformasi?

Persaingan antara Inter Milan dan PSG di Liga Champions adalah simbol pertarungan antara tradisi dan transformasi. Inter Milan datang dari akar sejarah sepak bola Eropa yang panjang, sementara PSG adalah simbol kekuatan baru hasil investasi besar dan ambisi global.

Jika yang kita nilai adalah “siapa yang lebih mengakar di Eropa,” maka jawabannya jelas: Inter Milan.

Tapi jika pertanyaannya berubah menjadi “siapa yang akan memimpin Eropa dalam 10 tahun ke depan,” maka jawabannya bisa berubah—dan PSG punya segala sumber daya untuk menjawabnya.

Dengan pesona alami dan pengetahuan mendalam tentang makanan, Sarah memulai perjalanan vlognya dari dapur rumahnya, berbagi resep-resep kreatif dan ulasan restoran yang menggugah selera.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version