Sialnya Henrikh Mkhitaryan! Golnya Dianulir VAR karena Offside Ujung Sepatu.

Sialnya Henrikh Mkhitaryan! Golnya Dianulir VAR karena Offside Ujung Sepatu

jadwalsepakbola.info  –  Sialnya Henrikh Mkhitaryan! Golnya Dianulir VAR karena Offside Ujung Sepatu. Sepak bola modern semakin erat dengan teknologi, terutama VAR (Video Assistant Referee). Meski kehadirannya bertujuan untuk meningkatkan keadilan, tak jarang keputusan VAR memicu kontroversi dan perdebatan panjang. Hal inilah yang menimpa Henrikh Mkhitaryan dalam laga Inter Milan kontra Juventus di lanjutan Serie A akhir pekan kemarin.

Kronologi Kejadian: Momen yang Membuat Frustrasi

Gol bermula dari kerja sama apik antara Nicolo Barella dan Federico Dimarco di sisi kiri. Dimarco mengirimkan umpan terukur ke tengah, di mana Mkhitaryan berlari menyambut bola sebelum melepaskan tendangan tanpa kontrol. Bola meluncur deras menembus Wojciech Szczesny yang tak sempat bereaksi. Stadion Giuseppe Meazza pun bergemuruh.

Namun beberapa saat kemudian, wasit menerima sinyal dari ruang VAR. Terlihat bahwa Mkhitaryan berada sedikit lebih maju dibandingkan Gleison Bremer, bek terakhir Juventus. Hanya ujung sepatu kirinya yang melampaui garis pertahanan dalam tayangan garis virtual VAR. Setelah meninjau layar di pinggir lapangan, wasit memutuskan offside.

Para pemain Inter mengangkat tangan protes. Mkhitaryan terlihat menggelengkan kepala sambil tersenyum pahit. Para suporter yang awalnya bersorak, mendadak sunyi. Satu gol penting yang seharusnya memberi keunggulan, lenyap hanya karena seujung sepatu.

Statistik dan Dampak Keputusan

Secara statistik, Mkhitaryan bermain impresif malam itu. Ia mencatatkan:

  • 3 peluang tercipta

  • 2 tembakan tepat sasaran

  • 1 key pass

  • 89% akurasi umpan

Namun semua performa itu tak bisa menghapus rasa kecewa akibat gol yang dianulir. Bagi Inter Milan, keputusan ini juga berdampak besar: mereka akhirnya harus puas bermain imbang 0-0 dalam laga yang sangat menentukan perebutan posisi kedua Serie A.

Pelatih Inter, Simone Inzaghi, dalam konferensi pers usai laga menyatakan keheranannya. “Saya menerima teknologi VAR, tetapi jika kita menganulir gol hanya karena ujung sepatu, kita kehilangan esensi sepak bola. Mkhitaryan tak mendapat keuntungan dari posisi itu, itu perbedaan milimeter.”

Reaksi dari Mkhitaryan dan Rekan Setim

Mkhitaryan,  yang jarang meluapkan emosi di depan publik, terlihat frustrasi saat meninggalkan lapangan. Dalam wawancara pasca-pertandingan, ia berkata:

“Saya bahkan tidak merasa berada dalam posisi offside. Rasanya sangat mengecewakan. Ini pertandingan besar, kami butuh gol itu. Sulit menerima gol dianulir karena satu bagian kecil dari tubuh.”

Rekan setimnya, Lautaro Martinez, juga menyuarakan kekecewaan. “Henrikh bermain luar biasa malam ini. Dia pantas mendapat gol itu. Saya rasa aturan offside harus lebih manusiawi. Jika garisnya setipis itu, lebih baik beri keuntungan untuk penyerang,” katanya.

VAR: Membantu atau Membuat Frustrasi?

Kejadian ini memicu perdebatan lama: apakah VAR membuat sepak bola lebih adil atau justru merusak emosi pertandingan? Keputusan offside berdasarkan millimeter atau ujung sepatu sudah sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Fans, pemain, bahkan pelatih mempertanyakan apakah logika offside perlu dievaluasi ulang.

Gary Lineker, mantan striker timnas Inggris, melalui akun Twitter-nya menulis:

“Jika Anda butuh zoom dan garis virtual untuk menentukan offside, itu seharusnya bukan offside.”

Beberapa pengamat menyebut bahwa aturan offside perlu mempertimbangkan intensi dan keuntungan nyata. Dalam kasus Mkhitaryan, posisinya yang hanya lebih maju beberapa milimeter tidak memberinya keunggulan signifikan. Namun VAR tetap menganulir sesuai regulasi yang berlaku.

Apa Kata Dunia Sepak Bola?

Tak hanya media Italia yang menyoroti kejadian ini. Marca (Spanyol) menulis:

“Mkhitaryan, korban terbaru VAR: gol dianulir karena offside ujung sepatu.”

Sementara BBC Sport mengulas bagaimana teknologi dalam sepak bola kadang menciptakan ‘keadilan tanpa rasa’, sebuah paradoks yang membuat fans kehilangan kenikmatan spontan dari permainan.

Paolo Maldini, legenda AC Milan, juga berkomentar: “Saya mendukung VAR untuk kesalahan besar, tetapi tidak untuk hal seperti ini. Sepak bola adalah olahraga manusiawi. Jika kita terlalu mengandalkan garis komputer, kita kehilangan jiwa permainan.”

Dampak Psikologis dan Klasemen

Bagi Mkhitaryan, kejadian ini tentu menjadi pukulan psikologis. Dalam usia 35 tahun, ia terus membuktikan diri sebagai pemain penting Inter Milan. Namun dianulirnya gol di laga penting membuatnya harus mengubur selebrasi yang seharusnya jadi momen indah.

Untuk Inter Milan, hasil imbang membuat mereka gagal mendekati Napoli di puncak klasemen. Mereka tetap berada di posisi kedua, tetapi jarak poin kini makin sulit dikejar dengan hanya beberapa pertandingan tersisa.

Pelatih Simone Inzaghi kini dituntut untuk memotivasi tim agar tidak larut dalam kekecewaan. “Kami harus melangkah maju. Ini bukan pertama kalinya, dan mungkin bukan yang terakhir. Kami harus lebih klinis di depan gawang,” ujarnya.

Suara Suporter: Antara Pasrah dan Kesal

Di media sosial, tagar #VAROut dan #JusticeForMkhitaryan sempat menjadi trending di Italia. Banyak pendukung Inter menganggap keputusan ini terlalu kejam. Beberapa mengunggah meme perbedaan sepatu Mkhitaryan dengan garis offside VAR, disertai komentar sinis: “Apakah ini sepak bola atau kompetisi geometri?”

Namun ada juga yang mencoba melihat sisi positif. “Jika VAR sudah memutuskan, tidak ada yang bisa diubah. Kami harus fokus ke pertandingan berikutnya,” tulis salah satu fans di forum Reddit.

Apakah Aturan Offside Perlu Diubah?

Kontroversi seperti ini semakin memunculkan wacana bahwa aturan offside perlu diadaptasi. FIFA sempat menguji coba konsep ‘daylight rule’, di mana seorang pemain dianggap offside hanya jika ada jarak jelas antara dirinya dan bek terakhir, bukan sekadar ujung tubuh.

Jika aturan ini diterapkan, gol Mkhitaryan kemungkinan sah, karena posisi offside-nya tidak menciptakan ruang nyata antara dirinya dan Bremer. Namun hingga saat ini, aturan tersebut belum diberlakukan secara global.

Pierluigi Collina, ketua komite wasit FIFA, pernah menyatakan:

“Kami ingin membuat aturan lebih sederhana dan adil. Kami terus mengkaji apakah teknologi membantu atau justru membuat keputusan terlalu kaku.”

Sialnya Henrikh Mkhitaryan!

Sialnya Henrikh Mkhitaryan! Apa pun pendapat tentang VAR, kenyataannya Henrikh Mkhitaryan menjadi korban dari ketelitian ekstrem teknologi itu. Gol yang seharusnya mengubah jalannya pertandingan, dianulir hanya karena ujung sepatu melampaui garis offside.

Kejadian ini menambah daftar panjang kontroversi VAR di dunia sepak bola. Bagi Mkhitaryan, ini akan menjadi momen yang dikenang sebagai salah satu malam paling sial dalam kariernya. Bagi Inter, ini adalah pelajaran pahit di musim yang kompetitif.

Kini, pertanyaannya: apakah sepak bola akan tetap menerima VAR dengan segala ketelitiannya? Atau sudah waktunya mengevaluasi kembali agar aturan lebih manusiawi?

Satu hal yang pasti, Mkhitaryan telah menunjukkan kualitasnya, meski golnya tak tercatat di papan skor. Di mata fans Inter, ia tetap pahlawan di malam yang penuh frustrasi itu.

Dengan pesona alami dan pengetahuan mendalam tentang makanan, Sarah memulai perjalanan vlognya dari dapur rumahnya, berbagi resep-resep kreatif dan ulasan restoran yang menggugah selera.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version